Berlliana Marsheilla, Impian Calon Penyiar

|

Selain jadi pemain bola voli, mimpinya tertambat pada pekerjaan menjadi penyiar.

Jantung aktivitas gadis belia itu selalu berdenyut sejak pagi tiba. Saat kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, masih berselimut udara dingin, kadang-kadang juga kabut, Berlliana Marshella--gadis itu--menyambar sepatu dan kostum latihannya.

Beberapa menit kemudian dia sudah berlari menembus pagi, di tengah rindangnya pepohonan menuju gedung latihan bola voli yang tak jauh dari asramanya. Di sinilah dia berlatih selama dua setengah jam. Itulah menu "sarapan" saban pagi.

"Saya akan terus main voli," katanya kepada Tempo. "Mungkin sampai bola pecah baru berhenti."

Sheilla, begitu dia biasa dipanggil, terobsesi pada olahraga voli sejak sekolah menengah pertama. Angan-angannya sejak dulu adalah terjun di SEA Games 2007 dan Pekan Olahraga Nasional 2008. Demi cita-citanya itu, Sheilla sudah menyerahkan separuh napasnya untuk voli. Pagi hari dia menjalani gemblengan bersama pelatih. Kemudian gadis yang mengidolakan pemain voli Jakarta BNI Taplus, Uus Usansyah, ini bersekolah hingga sekitar pukul 12 siang.

Ia mengisi jeda waktu sepulang sekolah menjelang latihan sore dengan tidur. Malamnya, kembali ia berlatih memukul bola voli sampai capai.

Semua itu dilakoni oleh dara kelahiran Jakarta, 22 Desember 1989, tersebut demi meraih target terbesar sejak masih di SMP, yaitu mewakili DKI Jakarta di PON XVII.

"Dari SMP, saya sudah sangat ingin ikut SEA Games 2007 dan PON 2008. Sekarang SEA Games sudah ikut, tinggal PON," kata penggemar semua makanan yang terbuat dari telur ini.

Setelah PON di Kalimantan Timur, Juni mendatang, Sheilla tidak terlalu peduli apakah ia akan terus dimainkan atau tidak. Yang terpenting cita-cita tercapai. "Syukur kalau DKI juara, jadi banyak tawaran," ujar putri pasangan Kartam Kustiana dan Dermiati Siregar ini. Tawanya berderai.

Sheilla kini adalah andalan klub voli Jakarta Electric PLN. Di klub ini dia menjadi pemain serba bisa. Sebelumnya, dia pernah bergabung dengan Jakarta Bank DKI pada Proliga 2005 dan 2006 serta Jakarta Popsivo Polwan pada Proliga 2007.

Jakarta Electric menjadi "pelabuhan" terakhir Sheilla karena lokasi latihannya dekat dengan sekolahnya. "Saya sudah kelas III, jadi pagi tetap sekolah, sore baru latihan," kata pemain tim barat dalam laga All Stars Proliga 2008 di Solo akhir pekan ini tersebut.

Menjadi atlet di negeri ini berarti siap hidup susah. Sheilla tahu konsekuensi itu. Ia sudah melihat atlet-atlet yang dulu berjaya tapi setelah pensiun hidupnya biasa-biasa saja. Itu semua tak mengendurkan niatnya untuk tetap hidup dari dunia voli.

Menurut penggila belanja ini, sekarang sudah banyak perusahaan yang mencari pegawai dari jalur voli. PLN juga sudah menawarinya pekerjaan. Di PLN, misalnya, menurut dia, atlet bisa hidup enak dengan bergabung di perusahaan ini. Sebulan, katanya, bisa dapat dua kali gaji, gaji pegawai dan gaji atlet. Tapi, "Saya ingin menjadi artis. Duitnya banyak. Yang (berparas) jelek saja bisa jadi artis, ha-ha-ha...."

Sheilla adalah gadis normal dan tahu diri. Atlet di negeri ini mustahil bisa seperti Anna Kournikova, atlet perempuan dengan bayaran tertinggi di planet. Dia juga tak digaet sponsor tajir Motorola, yang rela merayakan ulang tahun Kournikova ke-18 dengan pesta mewah di klub malam Manhattan dengan band penghibur Maroon 5. Bola voli tak bakal membuatnya bertahan. Itulah sebabnya, ia bermimpi menjadi artis.

Dan gadis ini punya sedikit modal untuk jadi artis. Setidaknya, tubuhnya atletis serta cukup jangkung untuk ukuran gadis Indonesia. Tinggi badannya 170 sentimeter.

Dia juga mengaku memang senang cuap-cuap. "Profesi presenter tampaknya cocok untuk saya," ujar Sheilla. Senyumnya terlihat manis.

Impiannya menjadi presenter ini meletup-letup sejak dia menyaksikan sebuah mini seri dari Jepang, Anchor Woman. Ini adalah kisah hidup Asou Tamaki (diperankan Suzuki Honami), sang penyiar berita di stasiun TV Channel 2. "Keren sekali penampilannya," ujar Sheilla. Acara itulah yang memupuk impiannya untuk menjadi presenter.

Sheilla punya modal lain untuk menjadi presenter, selain punya paras menarik dan tubuh jangkung, yakni jahil, centil, dan cerewet. Saking jahilnya, teman-temannya menjulukinya setan.

Sheilla masih mengenang pada kejadian lucu sepulang bertanding di Gedung Olahraga Pangukan, Sleman, Maret lalu. Ia dan kawan-kawan pergi makan ke sebuah restoran di Yogyakarta. Setelah makan, para pemain Electric berdiri di bawah pohon pendek tapi rimbun. Pohon tersebut rupanya menampung banyak air setelah hujan. Keisengannya pun muncul. Ia menggoyang pohonnya dan semuanya langsung basah.

Sikap iseng, jahil, dan penuh canda adalah pelipur hati Sheilla, terutama setelah ia didera latihan yang berat sepanjang minggu. Ia memang menjalani kehidupan ini dengan penuh canda, bahkan saat ditanya soal kekasih hati.

"Ini sudah pacar kelima," katanya dengan enteng. "Coba tanya orang lain pasti sudah lebih dari sepuluh. Saya baru lima, ya, alhamdulillah, ha-ha-ha...," kata pemilik nomor punggung sembilan ini. Ah, Sheilla.

Sumber: Koran Tempo

0 komentar: